Ternak Ikan Nila Sistem Bioflok

Ternak Ikan Nila Sistem Bioflok – Sebagai salah satu solusi pertanian dengan penggunaan lahan yang minim, teknologi budidaya ikan sistem bioflok telah menarik minat masyarakat dalam penggunaannya, terutama untuk produk ikan air tawar seperti lele/nila.

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) terus berupaya agar pemanfaatan teknologi tersebut dapat lebih banyak diterapkan untuk meningkatkan produksi dan pendapatan petani.

Ternak Ikan Nila Sistem Bioflok

Dirjen Perikanan Budidaya Tb Haeru Rahayu atau biasa disapa Tebe menjelaskan, sebagai salah satu program dukungan prioritas pemerintah berupa sarana dan prasarana budidaya ikan, sistem bioflok menarik perhatian dari budidaya karena menjanjikan. untuk meningkatkan pendapatan hingga tiga kali lipat dibandingkan dengan sistem normal.

Apa Itu Budidaya Ikan Dengan Sistem Yumina Bumina? Ini Penjelasannya

Itu baru kelebihan yang ditawarkan oleh sistem bioflok ini yaitu dapat menampung padat tebar tinggi, efisien dalam penggunaan pakan dan air, serta dapat mengoptimalkan penggunaan lahan.

“Keunggulan lain dibandingkan sistem pertanian konvensional adalah teknologi bioflok dinilai lebih ramah lingkungan karena hemat air. Air yang digunakan untuk bercocok tanam juga tidak berbau sehingga tidak mengganggu lingkungan sekitar dan dapat dipadukan dengan budidaya tanaman seperti sayur dan buah-buahan,” ujar Tebe.

Selain itu, Tebe juga meyakini bahwa produk yang ditawarkan dalam program bantuan ini, ikan lele dan nila merupakan produk favorit masyarakat, sehingga relatif lebih mudah untuk dipasarkan, karena tingginya permintaan di pasar.

“Kesuksesan inovasi teknologi ini tentunya membutuhkan kedisiplinan yang tinggi dalam implementasinya, sehingga dukungan yang berkesinambungan tetap diberikan oleh tim teknis kami maupun melalui penyuluh dan dinas setempat. Harapannya program ini dapat berjalan berkelanjutan bagi masyarakat. kemaslahatan warga desa sekaligus sebagai jawaban atas kebutuhan pangan berprotein tinggi di masyarakat,” lanjut Tebe.

Cara Budidaya Semi Intensif Pembesaran Ikan Nila

Sebagai contoh, memelihara 30 ribu benih ikan lele dalam 10 kolam melingkar berdiameter 3 meter membutuhkan biaya produksi benih, pakan, listrik, dan probiotik sebesar Rp 40,6 juta per siklus atau 3 bulan.

Investasi awal untuk kolam bundar, instalasi air dan udara serta peralatan pertanian serta biaya tetap per siklus untuk instalasi listrik dan biaya tenaga kerja untuk 1 orang Rp. 40 juta.

Dengan tingkat kelangsungan hidup 90% dan bobot panen 8 ekor per kilo setelah 3 bulan pemeliharaan diperoleh 3.375 kg. Hasil yang diperoleh dengan asumsi harga jual Rp 15.000 per kilo adalah Rp 50,6 juta per siklus selama 3 bulan perawatan.

Tebe, Kepala Balai Perikanan Air Tawar (BPBAT) Sungai Gelam, Jambi, Boyun Handoyo, mengatakan pembangunan kolam bioflok melingkar sangat efektif untuk penggunaan lahan dan tidak merugikan konstruksi tanah, karena tidak ada penggalian tanah. .

Kunci Sukses Cara Budidaya Lele Sistem Bioflok Bagi Pemula

“Aspek lain yang kurang penting untuk budidaya sistem bioflok ini adalah perencanaan yang matang, terutama dalam hal pembangunan kapal pertanian, sumber air bersih, sumber listrik, sumber daya pertanian seperti benih berkualitas dan bahan pendukung lainnya. serta kapasitas produksi dan daya serap pasar di lingkungan pertanian,” kata Boyun.

Boyun juga mengatakan, pada tahun 2021 ini BBPAT Sungai Gelam bertanggung jawab menyalurkan 29 paket bantuan budidaya ikan dengan sistem bioflok di wilayah operasinya di Sumatera.

“Saya mengucapkan terima kasih jika proses penebaran benih dilakukan di beberapa tempat, seperti yang dilakukan baru-baru ini di Desa Prabumulih, Provinsi Sumatera Selatan, yang juga dihadiri Walikota,” jelasnya.

Sebelumnya BBPAT Sungai Gelam telah berkoordinasi dengan Pemkot Prabumulih dan sepakat menjadikan Prabumulih sebagai kota dengan 1.000 kolam bioflok.

Melihat Budi Daya Ikan Nila Merah Dengan Sistem Bioflok Di Malang

Dengan gotong royong dan dukungan dari seluruh pemangku kepentingan, maka program bioflok di Desa Prabumulih dapat berhasil menjaga ketahanan pangan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

“Saya berharap dukungan ini bisa berkesinambungan, bisa menghasilkan panen sesuai target dan bisa meningkatkan produksi serta bisa ditiru masyarakat sekitar,” pungkas Boyun.

Jika benih pertama untuk mendukung budidaya ikan dengan sistem bioflok di Kota Prabumulih pertengahan bulan ini, Wali Kota Prabumulih, Ridho Yahya mengatakan Kota Prabumulih adalah kota kecil, sehingga tidak bisa mengikuti model lain. daerah yang memiliki luasan yang luas, untuk itu diperlukan intensifikasi tanah.

Kriteria tersebut menjadi salah satu alasan dipilihnya budidaya ikan bioflok sebagai salah satu program yang dibutuhkan oleh Kota Prabumulih.

Bioflok, Sistem Budidaya Ikan Lele Dan Nila Yang Menguntungkan Peternak

Tolak ukur lainnya adalah Prabumulih memenangkan PKK FINAL yaitu Program Pelataran, Endah, Teratar, Endah dan Naman – PKK, dengan mencapai ketahanan pangan keluarga dengan menggunakan lahan yang terbatas. Kriteria ketiga adalah Prabumulih merupakan kota jalur sehingga sangat strategis karena banyak orang yang pergi ke toko. Kriteria terakhir adalah masih banyak lahan tidak terpakai di Prabumulih yang dijadikan TPA, jadi daripada menunggu lebih baik lahan tersebut diusahakan produktif,” jelas Ridho.

Tak lupa Ridho juga mengucapkan terima kasih kepada KKP yang telah memberikan paket bantuan melalui BBPAT Sungai Gelam. “Tujuannya adalah menjadikan Prabumulih sebagai kota 1.000 bioflok sehingga bisa menjadi kota ikan dan menjadi kiblat aplikasi bioflok,” ujar Ridho.

Menurut data, sejak 2017 hingga 14 paket bantuan budidaya ikan dengan sistem bioflok telah disalurkan Kementerian Kelautan dan Perikanan kepada masyarakat Desa Prabumulih atau hingga 130 tambak.

Selain itu, 4 paket bantuan disalurkan melalui dana APBD Kota Prabumulih atau sebanyak 34 pool. Dengan teknologi kepadatan stok yang lebih tinggi, pendapatan pembudidaya meningkat 3-4 kali lipat dibandingkan sebelumnya, sehingga menarik minat masyarakat, maka 12 desa di Kota Prabumulih mulai menggunakan dana pemda untuk mengelola bioflok sendiri. kegiatan pertanian tahun 2021.

Ini Keuntungan Budidaya Ikan Nila Dengan Teknologi Bioflok

Total bantuan budidaya ikan dengan sistem bioflok yang disalurkan Kementerian Kelautan dan Perikanan dari tahun 2015 hingga 2021 telah mencapai 1.406 unit di seluruh Indonesia.

Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trengono mengusulkan tiga program untuk melanjutkan KKP, salah satunya pengembangan desa budidaya air tawar, payau, dan laut berbasis kearifan lokal.

“Pembangunan desa nelayan harus didorong sebagai upaya menciptakan lapangan kerja baru dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” kata Menteri Trengono.

Ketua Umum PP PPAD Letnan Jenderal (Purn) TNI Doni Monardo mengatakan soal ekonomi biru dan informasi nelayan di depan…

Kkp Ajak Masyarakat Budidaya Ikan Sistem Bioflok, Pendapatan Bisa Naik 3 Kali Lipat

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menargetkan tahun 2022 sebagai periode percepatan. Bukan hanya soal program, tapi juga soal pendanaan…

Pengembangan kawasan budidaya perikanan yang bernilai ekonomi tinggi menjadi target Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), khususnya pengembangan budidaya ikan berbasis komoditas. Teknologi ini meningkatkan jumlah produksi, sekaligus meningkatkan pendapatan petani. Ikan nila merupakan salah satu produk yang berhasil dikembangkan dengan menggunakan teknologi bioflok.

Dirjen Perikanan dan Kelautan (KKP) Slamet Soebijakto menjelaskan pembudidaya ikan merasakan perkembangan teknologi bioflok untuk budidaya ikan nila semakin meningkat. Salah satunya, karena dapat meningkatkan kelangsungan hidup ikan nila.

Dirjen Perikanan Kementerian Perikanan Slamet Soebijakto (ketiga dari kiri) meninjau pemanfaatan teknologi bioflok pada tambak ikan nila di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Foto: Ditjen Perikanan Pertanian KKP/Indonesia

Pemdes Tabang Budidaya 4000 Bibit Ikan Nila Dan Mas

(FCR) juga menjadi lebih rendah menjadi 1,05. Gambar tersebut menunjukkan bahwa jika seorang petani ingin menghasilkan 1 kg ikan nila, ia membutuhkan makanan sebanyak 1,05 kg.

Angka FCR terbaru, kata Slamet, turun signifikan dibanding perlakuan di tambak biasa, dengan nilai FCR mencapai 1,5. masa budidaya. Semakin rendah angka FCR maka semakin baik kualitas dan produksi biakan yang dihasilkan.

Teknologi bioflok pada budidaya ikan nila juga terbukti dapat meningkatkan penebaran di tambak. Jika menggunakan sistem standar, kepadatan maksimal hanya 10 ekor ikan nila/meter kubik, maka dengan menggunakan bioflok kepadatannya menjadi 100 ekor/meter kubik.

Menurut Slamet, hasil yang dicapai menegaskan bahwa pengembangan budidaya ikan nila dengan sistem bioflok merupakan salah satu pengembangan untuk meningkatkan produksi ikan nila secara nasional. Teknologi ini dinilai mampu meningkatkan pendapatan petani secara signifikan dengan tetap mengedepankan prinsip keberlanjutan.

Teknik Budidaya Ikan Hemat Pakan Di Kolam Bioflok ‼️

“Penggunaan teknologi ini sudah efektif dan efisien dalam penggunaan sumber daya air dan lahan serta sesuai dengan perubahan iklim,” ujarnya.

Tangki penampungan budidaya ikan nila menggunakan teknologi bioflok di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Foto: Ditjen Perikanan Pertanian KKP/Indonesia

Slamet mengatakan, ikan nila bisa menjadi salah satu produk air tawar yang bisa dikembangkan di Indonesia. Karena ikan nila tahan terhadap perubahan lingkungan, tumbuh dengan cepat, dan lebih tahan terhadap penyakit. Manfaat tersebut merupakan kombinasi yang tepat dan cocok untuk meningkatkan produksi ikan nila secara nasional.

Selain itu, permintaan ikan dari masyarakat banyak sehingga permintaan di pasar juga banyak. Pelanggan yang menyukai tila tidak hanya dari dalam negeri, tetapi juga dari luar negeri.

Foto: Melihat Budidaya Ikan Menggunakan Sistem Bioflok

Melihat keuntungan dan manfaat penggunaan teknologi bioflok, Slamet mendorong mereka untuk menguasai dan menggunakan teknologi tersebut agar dapat tersebar di berbagai pulau. Salah satu penerapan teknologi ini akan dilaksanakan oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya.

Menurut Slamet, UPT ikut serta mendistribusikan bioflok ke seluruh wilayah agar teknologinya efektif dan tidak salah dalam penggunaannya. Artinya, teknologi bioflok akan terasa lebih baik dan menguntungkan, jika mengikuti kaidah budidaya ikan yang baik.

Slamet meyakini bahwa teknologi ini dapat menyediakan sumber protein dengan harga yang terjangkau bagi masyarakat. Teknologi bioflok dapat memberikan dua hal sekaligus, yaitu program pengembangan gizi dan penyediaan lapangan kerja bagi masyarakat.

Salah satu daerah yang memanfaatkan bioflok untuk ikan nila adalah Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, melalui kelompok budidaya ikan Indra Makmur (Pokdakan). Menurut Ketua Pokdakan, Indra Makmur Syamsul Bahari, dengan bioflok, ikan nila yang dihasilkan lebih gemuk dan kandungan air pada daging lebih sedikit.

Buku Budidaya Ikan Sistem Bioflok

Syamsul menjelaskan biaya investasi kelompoknya dalam menggunakan bioflok. Untuk pembangunan kolam beton ukuran 15 meter kubik Rp. 2 juta, 500.000 adalah Rp. “Total biaya operasional Rp 3,9 juta,” ujarnya.

Dengan masa pemeliharaan 3 bulan, jelas Syamsul, hal itu memungkinkan

Ternak nila bioflok, cara ternak nila sistem bioflok, budidaya nila sistem bioflok, budidaya ikan nila dengan sistem bioflok, cara budidaya ikan nila sistem bioflok, budidaya ikan nila sistem bioflok, ternak ikan nila bioflok, ternak ikan sistem bioflok, ikan nila sistem bioflok, budidaya ikan nila sistem bioflok pdf, ternak nila sistem bioflok, pembesaran ikan nila sistem bioflok

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *